Senin, 18 November 2013

sapi potong



ARTIKEL SAPI POTONG

SAPI POTONG

SEJARAH SINGKAT BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG
      
      Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak ternak lainnya. Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini untuk dikonsumsi, karena kandungan proteinnya dari dagingnya yang tinggi, dan juga sebagai sumber susu, kulit, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya yang di manfaatkan oleh manusia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan daging yang juga meningkat, oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi.  Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa. Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia. Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India.
2.SENTRAPETERNAKANSAPI
     
Sentra peternakan sapi di Indonesia diantaranya sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang.
3.JENIS

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara Ada banyak sekali bangsa sapi yg kita kenal, namun secara umum ada 3 rumpun (ras) sapi, sbb sob:
Bos Taurus (bangsa sapi yang berasal dari Inggris dan Eropa selatan)
Bos Indicus (bangsa sapi yang berasal dari Asia dan Africa)
Bos Sondaicus (bangsa sapi yang terdapat di semenanjung Malaya dan Indonesia)

Bangsa-bangsa sapi dari Inggris  

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicG7grJJDHTZaszvUPXymi87POL037cFVNM0LE1fXy8uqstjKC7Wo6-PIKIqLLddLO8TBO0QUG-mAVIEVB6YTk7zAI2jCmPXAWa-iHNCgkthP7K0kDBFMxj9phb-IwsNVGiOo60C3pAeqp/s400/Aberdeen_Angus_Cattle-3.jpg
Sekelompok sapi di Skotlandia yang beriklim dingin laut khas Britania Raya

Dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi dari Eropa selatan, bangsa-bangsa sapi Inggris umumnnya menunjukkan ciri-ciri sbb:
-         Lebih cepat dewasa (secara seksual) dan menjadi gemuk lebih awal
-         Tidak tumbuh secara cepat dan bobot dewasanya (maksimal) lebih sedikit
-         Ototnya lebih sedikit
-         Fertilitas tinggi
-         Beranaknya lebih cepat
     Dengan karakteristiknya tsb, bangsa sapi inggris dipertimbangkan  sebagai bangsa induk dalam proses persilangan, karena diharapkan sapi bangsa inggris tersebut bisa menyumbangkan sifat-sifat yang dianggap penting nagi induk pedaging yang produktif...
Beberapa bangsa sapi Inggris antara lain Angus, Galloway, Balted Galloway, Hereford, Polled Hereford, Shothorn dan Polled Shothorn... dari sekian banyak itu yang paling popular dikalangan peternak di Indonesia adalah jenis Sapi Angus dan turunan silang dari sapi Angus…


Sapi Angus, ciri utamannya tubuh berwarna hitam dan tidak bertanduk
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJM0KjfpcpaT3BwYHyvksl_GUEesvJ89Fa_RBBPeiiOdmIUjFLZH0TAacpA8qR_u4JggbCaxsJ4gXuGZ0RU7uHJvumh67UVhJhXKSLX3Ohi_pxZlb-NLYKmZ2CTAVfpWIJqbHTwPntaWFV/s400/black+angus.jpg
Sapi Angus ini berasal dari daerah Skotlandia bagian timur laut yaitu daerah Abeerdeon, Banff, Kencardine, dan Angus. Sapi ini berwarna hitam dan tidak bertanduk, tubuh pendek, postur yang dalam, punggungnya lurus, loin lebar dan tertutup dengan baik. Berat induk dewasa rata-rata 1.000 lbs (453.4 kg) dengan produksi susu yang baik. Angus betina mengungguli bangsa-bangsa lain dalam hal fertilitas (kesuburan) dan kemudahan dalam beranak.
Bangsa sapi Angus ini hampir murni untuk sifat tak bertanduk dan Angus jantan dapat diharapkan menghasilkan keturunan 100% tak bertanduk. Sapi Angus membawa gen merah resesif. Pedhet sapi Angus secara cepat menjadi gemuk dan tingkat grade choice tercapai pada bobot badan yang relatif ringan. Untuk dagingnya, sapi Angus ini sendiri lebih marbling (berlemak) dari pada daging sapi jenis lainnya. Artinya tingkatan kualitas daging sapi Angus acap kali lebih tinggi dibanding sapi bangsa lain.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtp7_gHDSiwh8xffrc24i-pjAIY4glrc4hittmTGNGo8nV7XDQyOtAGUwNqodHdZqkx_E2_u3LGPRHnvFYssX29dJovJTgL7CKR3uZnb8n1Wk7SMMJkmblqHnQz1LeL0NwlP9zpg1QKw6/s400/cows_simmental4.jpg
peternakan sapi Eropa daratan dgn iklim yg lebih hangat dibanding Britania

Bangsa-bangsa sapi Eropa daratan 
Bangsa-bangsa sapi dari Eropa daratan pada umumnya lebih muscling (berotot) daripada bangsa sapi dari Inggris, serta memiliki kemampuan produksi daging yang diatas rata-rata bangsa sapi dari daerah lain. Beberapa bangsa sapi Eropa daratan antara lain : Aubrac, Europian Friesian, Charolais, Chianina, Limousin, Maine-Anjou, Marhigiana, dan Simmental. Di Indonesia bangsa yang paling jamak dikenal oleh masyarakat adalah bangsa Friesian, Limousin, dan Simmental.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiA0A071q_6FxUm___l46fwdWA0Jd4lZNHGzqSK3vE_fGM_TwufUXx2lLAXjvXTLh2fXknkeRaSK5UCFyzd5zgGX_k4v64yjIc2EuSVE22dCdmBt8YLHWbRNvB90rU9hOHikqgC_Cto2RxV/s400/friesian-holstein.jpg
Sapi Friesian brand ambassador industri susu..
  
Sapi Europian Friesian atau Friesian Holstein, atau populer disebut sapi FH dan dikalangan peternak jawa disebut dengan Sapi Ndawuk, merupakan bangsa yang paling populer di Eropa bersama-sama dengan Simmental. Sapi FH ini memilik tubuh yang besar, perototan yang kuat, dan matang secara seksual lebih dini, mampu memproduksi susu dalam jumlah yang banyak tetapi pertumbuhan dan perototannya kurang berkembang. Melihat karakteristik tersebut, maka sapi FH cenderung lebih dipertimbangkan sebagai Induk daripada sebagai bangsa pejantan. Berat dewasa sekitar 1.350 lbs (612 kg) dan mencapai grade choice pada berat sekitar 1.200 lbs (544 kg). Dipeternakan sapi perah hampir bisa dipastikan bahwa penghuni kandang-kandangnya adalah sebagian besar sapi Friesian. Hal inilah yang mengakibatkan sebagian besar industri susu pasti menggunakan sapi FH bentol-bentol hitam putih ini sebagai brand ambasadornya sob... 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyz7RPRFdijisNpe86GTJA6a3t68lLP6CyWH7vR-AaG9UXjYb1L4VuvuCyJ-K52gZmxHY77g-i9xL9dCC1zF978uJlLq6ll6OEV5pgta3SI9cdnhtAGAxh815MKOjD1FKGQDosmKUU3lBT/s400/simmental.jpg
Sapi Simmental, konon jenis sapi potong kualitas nomor satu..

Sapi Simmental (Fleckfieh, Pie Rouge) merupakan sapi dengan populasi paling banyak di Eropa bersama-sama dengan sapi Friesian. Bangsa sapi Simmental ini berasal dari Swiss, akan tetapi terus dikembangkan juga di Jerman, Austria, Perancis, serta beberapa negara Eropa timur. Di Jerman dan Austria sapi ini dikenal dengan sebutan  Fleckfieh, sedangkan di Perancis dikenal dengan nama Pie Rouge, sedangkan di Indonesia dikenal juga dengan sebutan Sapi Metal... barangkali karena lidah peternak Indonesia lebih mudah menyebut Metal, kurang lebih kira-kira begitu... hehehe...
Warna tubuh Simmental ini didominasi warna merah dan putih. Warna merah bervariasi dari kuning muda sampai merah tua. Bobot dewasa sekitar 1.500 lbs (680 kg) dengan kemampuan produksi susu yang hampir sama tingginya dengan sapi Friesian. Akan tetapi karena postur tubuh yang pendek kekar namun padat berisi serta potensi produksi dagingnya merupakan yang terbaik sehingga akhirnya sapi Simmental ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai sapi potong...



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkEMTDQIf2nyUdCnXNRG0OGLUtBXduKcl4DdbKSfcH_aqTctDrsM-XJ7z8vMBIjDbT29aFaKRyIuLRFavcv6G-9SF5mpSQwFyrnVFowvz8rV-V-QM0EX-G3ZzKAKA45KLO9OXJI58kq8rm/s400/Limousin+Cow.JPG
Sapi Limousin, tinggi gagah panjang ramping sesuai dengan namanya

Sapi Limousin mendengar namanya tentu sudah bisa diduga bahwa sapi bangsa ini berasal dari Perancis. Cacak juga yakin bahwa sebagian besar dari anda akan tertawa dan bertanya kenapa kok namanya mirip dengan jenis mobil Limousin yang bentuknya panjang ramping tersebut bukan? Benar sob, sapi Limousin memiliki postur yang sangat bagus, tinggi kokoh, panjang dan langsing sehingga banyak dimanfaatkan sebagai sapi potong... Sapi Limousin berwarna emas bergradasi ke merah muda tanpa belang atau totol-totol warna putih, dan memiliki ciri khas alis dan warna bulu mata warna putih... Sapi Limosin sedikit lebih cepat masak secara kelamin dibandingkan dengan Simmental. Sapi ini termasuk dalam jenis berukuran sedang dengan berat rata-rata sapi dewasa sekitar 1.300 lbs (589 kg), grade choice dicapai pada bobot 1.150 lbs (521 kg). Dalam hal cutability, Limousin berada pada urutan tertinggi. Penampilan Limousin yang sangat berotot mengindikasikan bahwa cutabilitynya tinggi.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ9l7mRqKKxaRfOT1dWhA2eJ7O4MEeu6UVwhn3oySDYOLm4jtMRwx5OFA45rRFfk9LS_joMeZ_n7E4BLdDl19Sk2kqfG_ar25ZW96-Ox77k9SdwfxjxGxN8baZ50pWCz1ytcaiBd4P-27z/s400/800px-Brahman_cattle_crop.jpg
Sapi di padang rumput Asia adaptif dengan iklim tropis yang panas..

Bangsa-bangsa Zebu (bos Indicus)
Ciri khas dari Bangsa sapi Zebu adalah adanya gumba (punuk) di daerah punggung atau diatas pangkal leher, memiliki telinga lebar, kulit kendor, serta embun pada moncong tampak jelas. Secara fisiologis sapi Zebu jelas berbeda dengan bangsa sapi lain, terutama kemampuannya dalam melawan panas dan iklim tropis yang jauh lebih baik dari pada bangsa sapi lain. Namun demikian bangsa sapi ini lebih mudah terpengaruh oleh cekaman dingin dari pada bangsa bos taurus. Bangsa Zebu juga lebih mudah terangsang secara emosi dibandingkan bangsa lain, serta juga terlihat lebih cerdas. Beberapa bangsa sapi Zebu yang terdapat di India (Asia) dan Afrika antara lain /; Gir, Kankrey, Ongole, Hariana, Krishna Valley, Boran, Sokoto Gudali, Red Bororo, Africander, White Fulani, Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Jawa, Sapi Ongole, Sapi Grati, dan Sapi Kelantan. Dari sekian banyak sapi Zebu, yang paling banyak dibudidayakan peternak Indonesia antara lain : Sapi Peranakan Ongole, Sapi Bali, dan Sapi Madura.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf94QonJ6aV-GyAQwxj12JD7Bdq0MW_KJgd7ygp9DD69XGYw1h6cq6Z1093XOx0HBkdFXAOhgNLBz2tFTkHaB6_F-I4oq_uBSga5sshmPzj1nmG15MYZQvWpK4O6XLgKVNuC3uVB-KBnaz/s400/sapi+PO.jpg
Sapi PO merupakan persilangan sapi Ongole dgn sapi lokal...

Sapi Peranakan Ongole atau yang biasa disebut dengan sapi PO adalah hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Ongole yang berasal dari India. Sapi Ongole dibawa ke Jawa pada permulaan abad ke-20 untuk dipergunakan sebagai tenaga kerja pada tanah perkebunan tebu. Sapi-sapi tersebut dikawinkan secara tidka teratur dengan sapi Jawa kemudian menghasilkan jenis yang disebut sapi Peranakan Ongole tersebut. Ukuran tubuhnya merupakan pertengahan antara kedua bangsa aslinya. Biasanya sapi ini berwarna putih - kelabu muda, tubuh besar panjang dengan leher pendek, kepala panjang, panjang telinga sedang dan sedikit menggantung, tanduk pendek dan gemuk mengarah keluar dan ke belakang, dengan punuk yang lenih kecil dari pada sapi Ongole. Sapi PO ini digunakan secara luas sebagai tenaga kerja untuk menggarap suatu lahan pertanian.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHT48GUT8pKjYXiC3ZUxCm8ryk0NS0WcXm7VKaddO9SUSspYR-g6dRlwsLAnvlnCaYfvYaSkjjNX-RvOjYI2PGKCPz9JsFB1sqDab4K5tzHdNbOq_X37C3hdwagIrjEE0p3Sd8tllBK_Zs/s400/Sapi_Bali+jantan.jpg
Sapi Bali jantan, ketika dewasa warnanya menjadi hitam

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiINJ1SGNDseuK2goD6U9aaQ7TiwrlO5x4e0flQ5isnIRXUAQqKItXdn_BxYkVPsYxc-ycRneEHr1fbscsD6iKr3L5mPELK9tJqWfXDkWI8T0OfP7u-TjlzYzWM5O9I5UBDFfYmyubEMLKd/s400/sapi+bali+betina.jpg
Sapi Bali Betina, berbeda warna dengan yang jantan

Sapi Bali merupakan keturunan banteng (bos sondaicus) yang telah dijinakkan.sapi ini banyak terdapat di pulau Bali. Berat jantan dewasa mencapai 800 lbs(363 kg) sedangkan yang betina sekitar 600 lbs(272 kg). Sapi bali merupakan ternak kerja yang sangat bagus dan digunakan untuk tujuan yang bermacam-macam. Anak sapi berwarna cokelat muda. Bulu sapi jantan yang telah dewasa berubah menjadi hitam, sedangkan yang betina tetap berwarna cokelat muda. Pada bagian pantat terdapat belang berwarna putih, baik jantan maupun betina mempunyai garis bulu hitam yang sangat tipis sepanjang bulunya.



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis993Slv7aNA2b2YDiQEg2sLMWLjm3Gbb46byVoV2ydc-A6Glx6mAze9HyJdbrvjT7Uqeaa4gmFiGjotDf3sby9vMjdsUvePnMkl7IFxH_n-IKiANilFEwEqGMDz67-AJwLKACwdglp7OI/s400/120_sapi-madura.jpg
Sapi Madura, dikenal sebagai sapi berukuran paling kecil di Indonesia

 Sapi Madura adalah bangsa sapi yang berasal dari pulau Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dengan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif lebih kecil daripada sapi Bali. Namun tanda-tanda karakteristik lainnya hampir sama. Dengan pakan seadaanya, berat sapi jantan mampu mencapai 550 lbs (249 kg) sedangkan yang betina 450 lbs(204 kg). Warna bulu pada jantan dan betina sama seperti sapi Bali betina. Kaki di bawah lutut berwarna putih atau hampir putih, tetapi tidak sejelas pada sapi Bali.




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSVkA9_JKiVw0g4F1lEzGTNiVH1WdVRpIv3kKiV40-v3YgN4erB-IV_lAk8kEtr4SFmssxe8rSpWdtMndVufKGn7i986cXx7gaKKbabVAOSdW699yMK18FTGAEbIEzs6ju7DBoZi06GoV0/s400/Brahman_cattle_20020320.JPG
Sapi-sapi Brahman punya ciri yg hampir sama : punuk ,tanduk, dan telinga

Bangsa Sapi Brahman dan Persilangannya
Bangsa sapi Brahman adalah sapi-sapi Zebu yang dikembangkan di Amerika. Beberapa diantaranya adalah American Brahman, Gyr, Santa Getrudis, Brangus, Braford, Beef Master, Barzona, dan Brahmental. Sedangkan yang cukup populer di Indonesia adalah Ammerican Brahman, Brangus dan Brahmental... kalau dilihat dua nama terakhir cukup jelas ya sob, ada unsur keturunan dengan sapi Angus dan Simmental....


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTRFNE5MtUS-W8PCHckco0rwSfya2rRMJ1ziL_VjV4XfMg6CApVII9lMY9xO8in80cxpc1AIcgsOvDFPx6kSaLorZlXUxjMLMzxCNptGeGLw1iKDg0vcXBG1L-M0XUyRFio_8GHWWCNVdx/s400/american+brahman+3.jpg
American Brahman memiliki postur yg gemuk namu tinggi besar...
  
American Brahman  pada mulanya merupakan campuran tiga bangsa Zebu dari India, yaitu Guzerat, Neloore, dan Gyr. Menurut perkiraan American Brahman tersusun atas 60% darah Guzerat, 20% darah Gyr dan Indu Brazil, serta 20% darah Nellore. Dalam American Brahman juga mengalir darah bangsa Inggris tetapi tidak dapat dipastikan persentasenya...
Bangsa American Brahman ini dikembangkan karena adanya kebutuhan akan sapi-sapi yang toleran terhadap lingkungan subtropis di AS bagian selatan karena bangsa-bangsa sapi Inggris tidak mampu beradaptasi terhadap iklim panas. Sapi Brahman murni mempunyai fertilitas dan laju pertumbuhan lepas sapih yang rendah. Selain itu, daging sapi Brahman cenderung mempunyai palatabilitas dan marbling yang rendah



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9tpeWcCh0no04CDtn_-JDqavCMC5BSEA8uvNOxdJwCf_QSNe6l1uBFznKjhXtzk2hitnyT4U_OR8SMBX8auB6dM9-rLjzhmCs-lKHyc3BbSf2JvkZ6gtQ5xUfsp9zOPFOKHvOAH3i6EEg/s400/sapi-angus1.jpg
Sapi Brangus, hitam seperti Angus, tinggi dan berpunuk seperti Brahman
  
Brangus mulai dikembangkan antara tahun 1940-1950, dengan 5/8 Angus dan 3/8 Brahman. Sapi jenis ini memiliki tubuh hitam dan tidak bertanduk. Berat Brangus dewasa sekitar 1.250 lbs (577 kg)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhttksFfoVml3A8xErJ5JAGi39mJjjxYlMvrz3BcLvgpLQWYD-Jf8XKhQwHPBcLR80gm-igZ0wgb21gZlPFTnwnGKFXQ5OFtDGMTem9RQIPmwNIxYr6kJdQkNbhKLGzfjfUwUAx3QherTLd/s400/1+sejarah+sapi+pedaging+simbrah+1.jpg
Brahmental, kekar gemuk seperti Simmental, tinggi berpunuk seperti Brahman

Brahmental atau sering juga disebut Simbrah merupakan hasil persilangan antara Brahman dengan Simmental. Bangsa jenis ini masih dalam pengembangan dimana harus mengandung darah Brahman minimal 25% dan Simmental minimal 37.5% adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di IndonesiaadalahFrisienHolstein. Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.


4.
MANFAAT

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu sebagai sumber protein, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.
 5. PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
 
 Penyiapan Sarana dan Peralatan

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

6.2. Pembibitan

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:

produksi susu tinggi,
umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
bentuk tubuhnya seperti baji,
matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik antara lain:

berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
pertumbuhan ambing dan puting baik,
jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

umur sekitar 4-5 tahun,
memiliki kesuburan tinggi,
daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
berasal dari induk dan pejantan yang baik,
besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
paha rata dan cukup terpisah,
dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

Prosedur:

Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

6.3. Pemeliharaan

Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
sistem penggembalaan (pasture fattening)
kereman (dry lot fattening)
kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

7. HAMA DAN PENYAKIT


8. PANEN

8.1. Hasil Utama
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8.PANEN

8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.

9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.

9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong. Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA SAPI POTONG
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg
Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.

8.2. Hasil Tambahan

Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

sumber : artikel tentang budaya ternak sapi potong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar